Selamat Datang di Website SMA Negeri 1 Karangnunggal

Pencarian

Kontak Kami


SMA NEGERI 1 KARANGNUNGGAL

NPSN : 20210743

Jl.Raya Karangnunggal 46186 Telp.0265-580256 Tasikmalaya


info@sman1karangnunggal.sch.id

TLP : 0265656565


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 240828
Pengunjung : 89521
Hari ini : 17
Hits hari ini : 20
Member Online : 1
IP : 44.222.134.250
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

Sistem Pendidikan Dialogal




 

Suatu tinjauan filsafat manusia mengatakan: adanya seorang manusia dalam dunia sosial-historis mengandalkan adanya orang lain. Manusia sebagai “Aku” masuk ke dalam dunia tergantung pada Tuhan yang Esa sebagai causa prima (penyebab pertama) dan kedua orang tuanya sebagai causa sekunder (penyebab kedua). Dari pernyataan ini terang bagi kita bahwa adanya manusia karena dan melalui hubungan antar manusia. Manusia tidak dapat menjadi manusia dalam lingkungan manusia.

Dalam hal ini kita  mau menyoroti pendidikan sebgaai salah satu bentuk hubungan antara manusia dalam usaha manusia itu sendiri untuk menemukan kediriannya yang lebih berarti. Kita mau mencari model hubungan yang memberi peluang yang besar bagi manusia agar dapat berkembang untuk menemukan kediriannya yang pada hakekatnya merupakan kedirian yang individual eksistensial. Sebab bagaimana pun juga tidak semua model hubungan antar manusia itu dapat memberi kemungkinan bagi seseorang untuk mengembangkan kepribadiannya yang unik itu sering dihubungkan antara manusia hsnys membuat seseorang menjadi “foto copy” dari pribadi orang lain. Lebih parah lagi kalau dalam perkembangan itu manusia menjadi manusia tanpa pribadi (das man), orang yang hidupnya dipengaruhi oleh pandangan hidup orang lain dan tidak berani berpendapat sendiri.

Bila kita mengikuti seluruh sejarah filsafat maka di sana para filsuf telah menemukan suatu bentuk hubungan antara manusia yang memungkinkan seseorang dapat memperkembangkan kediriannya yang unik itu. Bentuk kedirian yang unik ini di kenal dengan nama hubungan dialogal. Bentuk hubungan ini mengandaikan penemuan otonomi dalam korelasi . Para filsuf yang dapat kita tempatkan dlaam kerangka pemikiran ini yakni Martin Buber dengan ‘dialog eksistensial’ dan strasser dengan ‘fenomenologi dialogalnya’. Bagaimana pun perbedaan pendapat diantara mereka namun pendapat-pedapat itu tetap mempertahankan prinsip dialog yakni sifatnya yang antar subjektif; artinya dalam dialog  antar manusia setiap pembicara diakui dan diperlakukan sebagai subjek. Bertitik tolak dari prinsip dialog ini, maka kita berusaha untuk menyoroti dalam dunia penddikan.

Di lain pihak kiranya kita tidak berhenti  hanya pada batasan sebagai suatu kristalisasi pemikiran. Kita perlu mencari seperangkat tindakan operasional, kita perlu mencari suatu model pendidikan dialogal yang memungkinkan kita dapat mewujudkan definisi dialogal yang dianjuurkan:

  1. Guru belajar dari peserta didik dan peserta didik belajar dari guru. Jadi sungguh keliru kalau dalam sistem pendidikan dialogal kita mengatakan bahwa belajar itu hanya peserta didik dan guru hanya berperan sebagai pemindah informasi ke dalam diri peserta didik. Sungguh keliru kalau ita menganggap peserta didik sebagai bejana kosong yang siap diisi dengan sesuatu.
  2. Guru menjadi rekan peserta didik yang melibatkan diri dan menstimulir daya pemikiran kritikal peserta didiknya.
  3. Dalam proses pendidikan guru dan peserta diidk  pada dasarnya menduduki posisi sederajat. Guru harus menrima kenyataan bahwa sering peserta didik memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki guru. Sering peserta didik yang lebih kreatif ketimbang gurunya. Hal ini tidak mustahil, lebih-lebih di era milenial dengan kemajuan digital saat ini.

 

  1. Hubungan antara guru dan peserta didik selayaknya sebagai kakak dan adik, sebagai ‘teman’. Jangalah guru bertindak sebagai penguasa, tetapi bertindaklah sebagai penunjuk jalan.

 

Dari uraian diatas jelas bahwasannya sistem pendidikan dialogal ini memiliki kebaikan. Adapun kebaikannya itu yakni menempatkan murid pada posisi yang lebih tingg, lebih manusiawi. Peserta dididk bukan sebagai objek kegiatan guru, melainkan menjadi manusia subjek yang secara potensial berkembnag menuju otentik dengan bimbingan guru.

 

Sistem pendidikan ini memberi peluang bagi kita untuk menemukan diri yang khas, memupuk rasa percaya diri yang tinggi, dan mampu mengambil tindakan yang sesuai dengan bakat, minat  serta kemampuan kita. Sistem pendidikan ini memungkinkan kita tidak merasa terlalu bergantung pada orang lain . sekaligus dalam kesulitan orang mencari lapangan kerja pada isntansi-instansi resmi, misalnya menjadi pegawai, maka sistem pendidkan ini mendorong kita untuk menciptakan lapangan kerja sendiri, alias berwiraswasta.

 




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas